Keberadaan seni hadrah yang tergabung dalam Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) semakin terpinggirkan oleh zaman. Seni pembacaan salawat yang diiringi dengan terbang (rebana) dan gerakan tarian dari puluhan laki-laki (rodat) sudah jarang ditemui di tengah kota. Keberadaanya lebih banyak didesa-desa yang masih membudayakan seni hadrah dengan para rodatnya.
Serambi
Masjid Agung Jami Malang dipadati umat Islam dari berbagai generasi
pada Selasa (15/2) malam. Cuaca yang bersahabat membuat para pecinta
Nabi berbondong-bondong ke masjid yang umurnya sudah lebih dari satu
abad itu. Mayoritas menggunakan pakaian putih dan berkopiah hitam dan
putih.
Mereka duduk bersama sambil membacakan Shalawat Nabi dengan irigan
terbang Albanjari. Terbang lbanjari bukan hal yang baru bagi umat Islam
yang ada di Kota Malang. Hampir di setia majelis taklim, masjid dan
jamaah memiliki grup terbang Albanjari yang alunan musiknya dapat diubah
kontemporer.
Tapi
yang membuat mereka betah berlama-lama duduk di serambi masjid, selain
karena kecintaanya kepada kanjeng Nabi, mereka juga menunggu penampilan
seni hadrah bersama rodat yang ditampilkan Ikatan Seni Hadrah Indonesia
(ISHARI) cabang Malang. Tidak kurang dari 500 orang jamaah anggota
ISHARI didatangkan dari penjuru Malang raya untuk bershalawat bersama.
Berbeda
terbang Albanjari, seni hadrah memiliki pakem tersendiri baik dalam
lagu, pukulan terbang hingga tarian yang dilakukan puluhan hingga
ratusan orang jamaah laki-laki atau yang dikenal dengan istilah rodat.
Sesuatu yang khas dari kesenian ini ialah tarian yang mengiringi syair
(yang dilagukan) dan musik rebana (terbang) yang dinyanyikan secara
bersama-sama (berjamaah). Tarian inilah yang disebut dengan “rodat”
Seni
hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat
Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati
Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair
berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab
sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan
sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu seni hadrah berkembang
dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren. Sekarang di ISHARI cabang
Malang ada 18 kelompok yang tercatat dan semuanya masih tetap eksis.
Selama Maulid pun banyak undangan yang kami dapatkan. Hampir selama 40
hari banyak undangan yang kami terima,” kata Ketua ISHARI cabang Malang,
KH. Ahmad Suyuti.
Dari
seluruh Jawa Timur, seni hadrah di Malang raya yang paling sedikit dari
daerah lainnya. Kalau di daerah lainnya banyak bermunculan
kelompok-kelompok seni hadrah, di Malang perkembangannya tidak seperti
di daerah lain. Ia mencontohkan seperti di Gresik yang memiliki anggota
mencapai 2000 orang lebih. Satu kelompok seni hadrah biasanya mencapai
50 orang. Di Malang perkembangan saat ini sudah lebih baik dari
sebelumnya. Jika beberapa tahun lalu, jumlahnya seni hadrah hanya 11
kelompok, sekarang sudah berkembang menjadi 18 kelompok yang tersebar di
Malang raya.
Jumlah ini tentunya masih kalah jauh dibandingkan dengan kelompok terbang Albanjari atau terbang jidor yang sama-sama membaca dan melantunkan shalawat Nabi.
Jumlah ini tentunya masih kalah jauh dibandingkan dengan kelompok terbang Albanjari atau terbang jidor yang sama-sama membaca dan melantunkan shalawat Nabi.
”Kami
terus melakukan pengembangan dari generasi ke generasi. Generasi muda
banyak direkrut untuk melestarikan seni hadrah yang dulunya dikembangkan
para ulama dikalangan pesantren,” terangnya.
Tarian
yang dilakukan para rodat pun memiliki filosifi tersendiri. Tidak hanya
asal menari. Nama rodat berasal dari Bahasa Arab dari kata Rodda yang
artinya bolak-balik. Para penari itu memang selalu bolak-balik dalam
menggerakan tangan, badan serta anggota tubuh lainnya.
Gerakannya
pun disandarkan pada kisah penyambutan Kanjeng Nabi saat berhijrah ke
Madinah. Saking gembiranya dengan kedatangan nabi ke Madinah, kaum Ansor
berdesak-berdesak menyambut kedatangan Nabi. Berdesak-desakan itu
tercermin dalam barisan yang rapat para rodat saat menggerakan tubuhnya.
Tepukan tangan para rodatpun disandarkan para kegembiraan kaum Ansor
yang menyambut kedatangan Nabi di Madinah, tepuk tangan dilakukan para
perempuan yang lokasinya cukup jauh dari penyambutan Nabi. ”Tepuk tangan
itu juga simbol dari kegembiraan menyambut kedatangan Nabi di Madinah
saat berhijrah. Gerakan semuanya sebagai simbol kecintaan kepada kanjeng
nabi,” tuturnya. (muhaimin)
http://masjidjami.com/info/seni-hadrah-ishari-yang-hampir-terlupakan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar