Sejarah Kebudayaan Islam
Sabtu, 20 Oktober 2012
Sabtu, 18 Februari 2012
Akulturasi Budaya Islam Hindu-Buda
Akulturasi merupakan
perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur
asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk
di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses
pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia
tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat
Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi
sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius
merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan
asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia.
Pengaruh
kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada
di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang
masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil
dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan
Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah
masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat
Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas
kasta.
2. Ekonomi
Dalam
ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal
ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan
perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum
masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh
kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika
dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk
maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa
secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang
memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat
kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun.
Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya
Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam
bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal
tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat
Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
ü Dengan
digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan
sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di
kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa
Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Sansekerta.
ü Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram)
dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama
Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan
dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di
berbagai kerajaan di Indonesia.
ü Bukti
lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang
merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
· Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
· Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
· Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
· Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
· Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
ü Pengaruh
Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti
berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan
kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai
dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para
pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan
pengajaran mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang
karena berawal dari hubungan dagang. Para pendeta tersebut kemudian
mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman.
Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan
tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki
pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat
Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian
menyebarkan pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke
tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan
melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama
menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat asal.
Agama
Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama
Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala.
Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama khusus untuk pendidikan
para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)
5. Kepercayaan
Sebelum
masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan
memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang
(animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong
masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek
moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di
Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan
Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan
terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan
mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun
dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa.
6. Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni
bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara
seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan
bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi
merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan
punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya
candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang
ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi
sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi
Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan
abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung
dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di
Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending
(Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief pada
dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang
Budha serta suasana alam Indonesia.
sumber:
http://galihredevils.blogspot.com/2010/10/akulturasi-budaya-hindu-budha-islam-di.html
Kisah Rama dan Shinta
Dikisahkan di sebuah negeri bernama
Mantili ada seorang puteri nan cantik jelita bernama Dewi Shinta. Dia
seorang puteri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang
Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri
tercintanya yaitu Shinta, dan akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh
Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Namun
dalam kisah ini ada juga seorang raja Alengkadiraja yaitu Prabu Rahwana,
yang juga sedang kasmaran, namun bukan kepada Dewi Shinta tetapi dia
ingin memperistri Dewi Widowati. Dari penglihatan Rahwana, Shinta
dianggap sebagai titisan Dewi Widowati yang selama ini diimpikannya.
Dalam sebuah perjalanan Rama dan Shinta dan disertai Lesmana adiknya,
sedang melewati hutan belantara yang dinamakan hutan Dandaka, si raksasa
Prabu Rahwana mengintai mereka bertiga, khususnya Shinta. Rahwana ingin
menculik Shinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan
siasatnya Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Marica menjadi
seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang
‘jadi-jadian’ itu, karena Dewi Shinta menginginkannya. Dan memang benar
setelah melihat keelokan kijang tersebut, Shinta meminta Rama untuk
menangkapnya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Rama berusaha
mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan Lesmana menunggui.
Dalam waktu sudah cukup lama ditinggal
berburu, Shinta mulai mencemaskan Rama, maka meminta Lesmana untuk
mencarinya. Sebelum meninggalkan Shinta seorang diri Lesmana tidak lupa
membuat perlindungan guna menjaga keselamatan Shinta yaitu dengan
membuat lingkaran magis. Dengan lingkaran ini Shinta tidak boleh
mengeluarkan sedikitpun anggota badannya agar tetap terjamin
keselamatannya, jadi Shinta hanya boleh bergerak-gerak sebatas lingkaran
tersebut. Setelah kepergian Lesmana, Rahwana mulai beraksi untuk
menculik, namun usahanya gagal karena ada lingkaran magis tersebut.
Rahwana mulai cari siasat lagi, caranya ia menyamar yaitu dengan
mengubah diri menjadi seorang brahmana tua dan bertujuan mengambil hati
Shinta untuk memberi sedekah. Ternyata siasatnya berhasil membuat Shinta
mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah, secara tidak sadar Shinta
telah melanggar ketentuan lingkaran magis yaitu tidak diijinkan
mengeluarkan anggota tubuh sedikitpun! Saat itu juga Rahwana tanpa ingin
kehilangan kesempatan ia menangkap tangan dan menarik Shinta keluar
dari lingkaran. Selanjutnya oleh Rahwana, Shinta dibawa pulang ke
istananya di Alengka. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi
pertempuran dengan seekor burung Garuda yang bernama Jatayu yang hendak
menolong Dewi Shinta. Jatayu dapat mengenali Shinta sebagai puteri dari
Janaka yang merupakan teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu
dapat dikalahkan Rahwana.
Disaat yang sama Rama terus memburu
kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu
berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud sebenarnya Marica
mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah pertempuran antar
keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa. Pada saat
yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali
ke tempat semula dimana Shinta ditinggal sendirian, namun sesampainya
Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya
dan bertemu Jatayu yang luka parah, Rama mencurigai Jatayu yang menculik
dan dengan penuh emosi ia hendak membunuhnya tapi berhasil dicegah oleh
Lesmana. Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa yang menculik
Shinta adalah Rahwana! Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung
garuda ini meninggal.
Mereka berdua memutuskan untuk melakukan
perjalanan ke istana Rahwana dan ditengah jalan mereka bertemu dengan
seekor kera putih bernama Hanuman yang sedang mencari para satria guna
mengalahkan Subali. Subali adalah kakak dari Sugriwa paman dari Hanuman,
Sang kakak merebut kekasih adiknya yaitu Dewi Tara. Singkat cerita Rama
bersedia membantu mengalahkan Subali, dan akhirnya usaha itu berhasil
dengan kembalinya Dewi Tara menjadi istri Sugriwa. Pada kesempatan itu
pula Rama menceritakan perjalanannya akan dilanjutkan bersama Lesmana
untuk mencari Dewi Shinta sang istri yang diculik Rahwana di istana
Alengka. Karena merasa berutang budi pada Rama maka Sugriwa menawarkan
bantuannya dalam menemukan kembali Shinta, yaitu dimulai dengan mengutus
Hanuman persi ke istana Alengka mencari tahu Rahwana menyembunyikan
Shinta dan mengetahui kekuatan pasukan Rahwana.
Taman Argasoka adalah taman kerajaan
Alengka tempat dimana Shinta menghabiskan hari-hari penantiannya
dijemput kembali oleh sang suami. Dalam Argasoka Shinta ditemani oleh
Trijata kemenakan Rahwana, selain itu juga berusaha membujuk Shinta
untuk bersedia menjadi istri Rahwana. Karena sudah beberapa kali Rahwana
meminta dan ‘memaksa’ Shinta menjadi istrinya tetapi ditolak,
sampai-sampai Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Shinta
namun dapat dicegah oleh Trijata. Di dalam kesedihan Shinta di taman
Argasoka ia mendengar sebuah lantunan lagu oleh seekor kera putih yaitu
Hanuman yang sedang mengintainya. Setelah kehadirannya diketahui Shinta,
segera Hanuman menghadap untuk menyampaikan maksud kehadirannya sebagai
utusan Rama. Setelah selesai menyampaikan maskudnya Hanuman segera
ingin mengetahui kekuatan kerajaan Alengka. Caranya dengan membuat
keonaran yaitu merusak keindahan taman, dan akhirnya Hanuman tertangkap
oleh Indrajid putera Rahwana dan kemudian dibawa ke Rahwana. Karena
marahnya Hanuman akan dibunuh tetapi dicegah oleh Kumbakarna adiknya,
karena dianggap menentang, maka Kumbakarna diusir dari kerjaan Alengka.
Tapi akhirnya Hanuman tetap dijatuhi hukuman yaitu dengan dibakar
hidup-hidup, tetapi bukannya mati tetapi Hanuman membakar kerajaan
Alengka dan berhasil meloloskan diri. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman
menceritakan semua kejadian dan kondisi Alengka kepada Rama. Setelah
adanya laporan itu, maka Rama memutuskan untuk berangkat menyerang
kerajaan Alengka dan diikuti pula pasukan kera pimpinan Hanuman.
Setibanya di istana Rahwana terjadi
peperangan, dimana awalnya pihak Alengka dipimpin oleh Indrajid. Dalam
pertempuran ini Indrajid dapat dikalahkan dengan gugurnya Indrajit.
Alengka terdesak oleh bala tentara Rama, maka Kumbakarna raksasa yang
bijaksana diminta oleh Rahwana menjadi senopati perang. Kumbakarna
menyanggupi tetapi bukannya untuk membela kakaknya yang angkara murka,
namun demi untuk membela bangsa dan negara Alengkadiraja.Dalam
pertempuran ini pula Kumbakarna dapat dikalahkan dan gugur sebagai
pahlawan bangsanya. Dengan gugurnya sang adik, akhirnya Rahwana
menghadapi sendiri Rama. Pad akhir pertempuran ini Rahwana juga dapat
dikalahkan seluruh pasukan pimpinan Rama. Rahmana mati kena panah pusaka
Rama dan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa Hanuman.
Setelah semua pertempuran yang dasyat itu
dengan kekalahan dipihak Alengka maka Rama dengan bebas dapat memasuki
istana dan mencari sang istri tercinta. Dengan diantar oleh Hanuman
menuju ke taman Argasoka menemui Shinta, akan tetapi Rama menolak karena
menganggap Shinta telah ternoda selama Shinta berada di kerajaan
Alengka. Maka Rama meminta bukti kesuciannya, yaitu dengan melakukan
bakar diri. Karena kebenaran kesucian Shinta dan pertolongan Dewa Api,
Shinta selamat dari api. Dengan demikian terbuktilah bahwa Shinta masih
suci dan akhirnya Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru dan
bahagia. Dan akhir dari kisah ini mereka kembali ke istananya
masing-masing.
Sumber:
(dikutip dari http://candidiy.tripod.com/ramayana.htm)Seni Hadrah
Keberadaan seni hadrah yang tergabung dalam Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) semakin terpinggirkan oleh zaman. Seni pembacaan salawat yang diiringi dengan terbang (rebana) dan gerakan tarian dari puluhan laki-laki (rodat) sudah jarang ditemui di tengah kota. Keberadaanya lebih banyak didesa-desa yang masih membudayakan seni hadrah dengan para rodatnya.
Serambi
Masjid Agung Jami Malang dipadati umat Islam dari berbagai generasi
pada Selasa (15/2) malam. Cuaca yang bersahabat membuat para pecinta
Nabi berbondong-bondong ke masjid yang umurnya sudah lebih dari satu
abad itu. Mayoritas menggunakan pakaian putih dan berkopiah hitam dan
putih.
Mereka duduk bersama sambil membacakan Shalawat Nabi dengan irigan
terbang Albanjari. Terbang lbanjari bukan hal yang baru bagi umat Islam
yang ada di Kota Malang. Hampir di setia majelis taklim, masjid dan
jamaah memiliki grup terbang Albanjari yang alunan musiknya dapat diubah
kontemporer.
Tapi
yang membuat mereka betah berlama-lama duduk di serambi masjid, selain
karena kecintaanya kepada kanjeng Nabi, mereka juga menunggu penampilan
seni hadrah bersama rodat yang ditampilkan Ikatan Seni Hadrah Indonesia
(ISHARI) cabang Malang. Tidak kurang dari 500 orang jamaah anggota
ISHARI didatangkan dari penjuru Malang raya untuk bershalawat bersama.
Berbeda
terbang Albanjari, seni hadrah memiliki pakem tersendiri baik dalam
lagu, pukulan terbang hingga tarian yang dilakukan puluhan hingga
ratusan orang jamaah laki-laki atau yang dikenal dengan istilah rodat.
Sesuatu yang khas dari kesenian ini ialah tarian yang mengiringi syair
(yang dilagukan) dan musik rebana (terbang) yang dinyanyikan secara
bersama-sama (berjamaah). Tarian inilah yang disebut dengan “rodat”
Seni
hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat
Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati
Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair
berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab
sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan
sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu seni hadrah berkembang
dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren. Sekarang di ISHARI cabang
Malang ada 18 kelompok yang tercatat dan semuanya masih tetap eksis.
Selama Maulid pun banyak undangan yang kami dapatkan. Hampir selama 40
hari banyak undangan yang kami terima,” kata Ketua ISHARI cabang Malang,
KH. Ahmad Suyuti.
Dari
seluruh Jawa Timur, seni hadrah di Malang raya yang paling sedikit dari
daerah lainnya. Kalau di daerah lainnya banyak bermunculan
kelompok-kelompok seni hadrah, di Malang perkembangannya tidak seperti
di daerah lain. Ia mencontohkan seperti di Gresik yang memiliki anggota
mencapai 2000 orang lebih. Satu kelompok seni hadrah biasanya mencapai
50 orang. Di Malang perkembangan saat ini sudah lebih baik dari
sebelumnya. Jika beberapa tahun lalu, jumlahnya seni hadrah hanya 11
kelompok, sekarang sudah berkembang menjadi 18 kelompok yang tersebar di
Malang raya.
Jumlah ini tentunya masih kalah jauh dibandingkan dengan kelompok terbang Albanjari atau terbang jidor yang sama-sama membaca dan melantunkan shalawat Nabi.
Jumlah ini tentunya masih kalah jauh dibandingkan dengan kelompok terbang Albanjari atau terbang jidor yang sama-sama membaca dan melantunkan shalawat Nabi.
”Kami
terus melakukan pengembangan dari generasi ke generasi. Generasi muda
banyak direkrut untuk melestarikan seni hadrah yang dulunya dikembangkan
para ulama dikalangan pesantren,” terangnya.
Tarian
yang dilakukan para rodat pun memiliki filosifi tersendiri. Tidak hanya
asal menari. Nama rodat berasal dari Bahasa Arab dari kata Rodda yang
artinya bolak-balik. Para penari itu memang selalu bolak-balik dalam
menggerakan tangan, badan serta anggota tubuh lainnya.
Gerakannya
pun disandarkan pada kisah penyambutan Kanjeng Nabi saat berhijrah ke
Madinah. Saking gembiranya dengan kedatangan nabi ke Madinah, kaum Ansor
berdesak-berdesak menyambut kedatangan Nabi. Berdesak-desakan itu
tercermin dalam barisan yang rapat para rodat saat menggerakan tubuhnya.
Tepukan tangan para rodatpun disandarkan para kegembiraan kaum Ansor
yang menyambut kedatangan Nabi di Madinah, tepuk tangan dilakukan para
perempuan yang lokasinya cukup jauh dari penyambutan Nabi. ”Tepuk tangan
itu juga simbol dari kegembiraan menyambut kedatangan Nabi di Madinah
saat berhijrah. Gerakan semuanya sebagai simbol kecintaan kepada kanjeng
nabi,” tuturnya. (muhaimin)
http://masjidjami.com/info/seni-hadrah-ishari-yang-hampir-terlupakan.html
Langganan:
Postingan (Atom)